Misi Sakral Pesparani Jelang Tahun Politik

PESTA Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Nasional III di Provinsi DKI Jakarta akan berlangsung pada 27 Oktober-1 November 2023. Pelaksanaan perlombaan yang diikuti oleh ribuan umat Katolik dari seluruh Indonesia tahun ini diakui dan disadari betul oleh Ketua Umum Panitia Pesparani III, Sebastian Salang, berada jelang tahun politik yang puncaknya terjadi pada Februari tahun depan.

Sebas mengakui, rencana perhelatan tersebut semula sempat menjadi bahan diskusi apakah akan tetap dilanjutkan tahun ini atau ditunda. “Namun ada pertimbangan lain yang jauh lebih substansial dan itu pula yang kira-kira menjadi alasan saya mau menjadi ketua panitia,” ujar Sebas ketika menjadi narasumber dalam podcast di kanal Kaka Dorang Official, Selasa, 2/9/2023.

Dalam diskusi dan kemudian bertemu dengan Menteri Agama, kenang Sebas, muncul pertimbangan lain. Pesparani tahun ini justru bisa jadi momentum yang sangat istimewa dan penting, bukan hanya dalam konteks Gereja Katolik tapi juga dalam kehidupan berbangsa.

“Kamu beruntung lho. Orang Katolik punya event di tingkat nasional justru menjelang tahun politik. Agama-agama lain tidak punya. Jangan-jangan (kegiatan) ini punya pesan tersendiri,” kata Sebas, mengutip pendapat Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.

Pesan itu, sambung Sebas merinci,  jelang tahun politik maka suhu perpolitikan di negara ini akan meninggi. Ketika berbicara tahun politik di sana akan membahas tentang persaingan, pertarungan, dan perebutan kekuasaan. Tetapi acara ini (Pesparani) justru dapat memberi pesan sebaliknya.

Menurut Sebas, para pemimpin bangsa, para petinggi negeri ini boleh bertarung dalam pilpres (pemilihan presiden), pemilu legislatif, kemudian antara partai satu dengan partai yang lain boleh bersaing mengunakan macam-macam strategi kampanye tapi jangan lupa ada pesan penting dalam kehidupan berbangsa yakni menjaga Pancasila, merawat kebhinekaan, dan mempertahankan UUD 1945.

Baca Juga:  Pesan Pesparani: Kekatolikan tidak Bertentangan dengan Keindonesiaan

“Itulah inti kehidupan berbangsa yang tidak boleh diganggu oleh karena kepentingan politik. Bagi saya, Pesparani ini semacam misi sakral yang diberikan oleh bangsa ini secara tidak sadar kepada (umat) Katolik. Jadi, Katolik harus bisa memanfaatkan momentum penting ini untuk bisa memberikan pesan moral kepada bangsa ini, seluruh warga negara Indonesia, para petinggi negeri, dan pemimpin partai politik,”  tegas Sebas.

Upaya konkrit dalam menyuarakan pesan itu, sambung Sebas, salah satu contohnya terwujud dalam pemilihan tema Pesparani yakni Kebersamaan dalam Keberagaman. Lewat tema tersebut, ia ingin mengatakan bahwa keberagaman bukanlah ancaman tapi kekayaan dan potensi bangsa ini. “Dan dalam keberagaman itu marilah kita membangun negeri ini,” harap Sebas berpesan.

Yanuari Marwanto, www.pesparani3.com

0Shares

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *